Download Juknis Penyaluran Dukungan Khusus Dikdas 2016

JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS DIKDAS 2016
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang  Nomor  14  Tahun  2005  perihal  Guru  dan  Dosen mengamanatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional  untuk  berkembangnya  potensi  peserta  didik  agar  menjadi  insan yang  diberiman  dan  bertakwa  kepada  Tuhan Yang  Maha  Esa,  berakhlak  mulia, sehat,  diberilmu,  cakap,  kreatif,  mandiri  dan  menjadi  masyarakat  negara  yang demokratis  serta  bertanggungjawaban. Hal  tersebut  berarti  bahwa  guru yang profesional mempunyai  peranan  penting dalam  mencerdaskan  anak  bangsa.




Pasal 14 dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa  dalam  melaksanakan  tugas  keprofesionalan,  guru berhak  memperoleh  penghasilan  di  atas  kebutuhan  hidup  minimum  dan jaminan kesejahteraan sosial yang mencakup penghasilan pokok, tuntidakboleh yang menempel pada  penghasilan,  serta  penghasilan  lain  berupa  tuntidakboleh  profesi,  tuntidakboleh fungsional, tuntidakboleh  khusus,  dan  maslahat  tambahan  yang  terkait  dengan tugasnya  sebagai  guru  yang  diputuskan  dengan  prinsip  penghargaan  atas dasar prestasi. 

Peraturan  Pemerintah  Nomor  41  Tahun  2009  perihal  Tuntidakboleh  Profesi  Guru dan  Dosen,  Tuntidakboleh  Khusus  Guru  dan  Dosen,  serta  Tuntidakboleh  Kehormatan Profesor menentukan  bahwa guru  yang  diangkat  oleh  Pemerintah  atau pemerintah  daerah  di  daerah  khusus  berhak  memperoleh  tuntidakboleh  khusus yang didiberikan setara dengan 1 (satu) kali penghasilan pokok Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. 

Terkait  hal  tersebut,  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  memutuskan kebijakan  kriteria  daerah  khusus  melalui  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan Kebudayaan  Nomor  13  Tahun  2015  tentang Kriteria  Daerah  Khusus  Dalam Rangka  Pemdiberian  Tuntidakboleh  Khusus  Bagi  Guru  yang  Bertugas  di  Daerah Khusus. 

Dalam  Pasal  4   Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Nomor  13 Tahun  2015  mengamanahkan  agar  Direktorat  terkait  sesuai  dengan kewenangannya  menyusun  petunjuk  teknis  terkena  pemdiberian  tuntidakboleh khusus  bagi  guru  di  daerah  khusus.  Untuk  melaksanakan  ketentuan tersebut,

Direktorat Pembinaan  Guru  Pendidikan  Dasar,  Direktorat Jenderal  Guru  dan Tenaga  Kependidikan  Kementerian  Pendidikan  dan Kebudayaan menyusun Petunjuk  Teknis  Penyaluran  Tuntidakboleh Khusus Bagi  Guru Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2016.

B. Landasan Hukum
1.  Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  2003  perihal  Sistem  Pendidikan Nasional;
2.  Undang-Undang  Nomor 23 Tahun  2004  perihal  Pemerintahan  Daerah sebagaimana  sudah beberapa  kali diubah  terakhir  dengan  Undang-Undang Nomor 9  Tahun  2015  perihal  Perubahan  Kedua  Atas  Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
3.  Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; 
4.  Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;
5.  Peraturan  Presiden  Nomor  131  Tahun  2015 perihal  Penetapan  Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019;
6.  Peraturan  Pemerintah  Nomor  41  Tahun  2009  perihal  Tuntidakboleh  Profesi Guru  dan  Dosen,  Tuntidakboleh  Khusus  Guru  dan  Dosen,  serta  Tuntidakboleh Kehormatan Profesor;
7.  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  Nomor  25  Tahun  2011  tentang Tuntidakboleh Khusus Bagi Guru Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil yang Belum Memiliki Jabatan Fungsional Guru yang Bertugas di Daerah Khusus;
8.  Peraturan  Menteri  Pendidikan dan  Kebudayaan  Nomor 63  Tahun 2015 perihal  Pemdiberian  Kuasa  Kepada  Direktur  Jenderal  Guru  dan  Tenaga Kependidikan  untuk  Menanhadirani  Keputusan  Pemdiberian  Tuntidakboleh Profesi Guru, Tuntidakboleh Khusus, dan Subsidi Tuntidakboleh Fungsional;
9.  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Nomor 11  Tahun 2015 perihal  Organisasi  dan  Tata  Kerja  Kementerian  Pendidikan  dan Kebudayaan;
10. Peraturan  Menteri  Dalam  Negeri  Nomor  56  Tahun  2015 perihal  Kode  dan Data Wilayah Administasi Pemerintahan.
11.  Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Nomor 13  Tahun  2015 perihal  Kriteria  Daerah  Khusus  dan  Pemdiberian  Tuntidakboleh  Khusus  Bagi Guru.

C. Tujuan
Petunjuk Teknis ini ialah contoh bagi Direktorat Pembinaan Guru Dikdas,
dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/ kota,  dan/atau tiruana pihak  yang  terkait dalam pelaksanaan pemdiberian tuntidakboleh khusus bagi  guru jenjang  pendidikan  dasar  yang  ditugaskan  di daerah khusus  agar  sanggup dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup  yang  diatur dalam Petunjuk  Teknis ini antara  lain  kriteria  guru penerima  tuntidakboleh  khusus, proses pelaksanaan  pembayaran  tuntidakboleh, kegiatan pelaksanaan, pengendalian program, dan pelaporan.

E.  Samasukan
Samasukan dari Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
2. Kementerian Keuangan;
3. Aparat Pengawas Fungsional; 
4. Badan Kepegawaian Daerah;
5. Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota; 
6. Satuan Pendidikan dan guru;
7. Instansi terkait lainnya.



JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI GURU JENJANG PENDIDIKAN DASAR 2016

BAB II TUNJANGAN KHUSUS
A. Pengertian
1.  Tuntidakboleh  khusus  adalah  tuntidakboleh  yang  didiberikan  kepada  guru  yang mengajar  di  satuan  pendidikan yang melaksanakan  tugas  di  daerah khusus sebagai kompensasi atas kesusahan hidup yang dialami.
2.  Tuntidakboleh  khusus ditujukan untuk  mewujudkan  amanat  Undang-Undang Guru  dan  Dosen  antara  lain  mengangkat  martabat  guru,  meningkatkan kompetensi  guru,  memajukan  profesi  guru,  meningkatkan  mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang berkarakter.
3.  Daerah  khusus  adalah  daerah  yang  terpencil  atau  terbelakang,  daerah dengan kondisi masyarakat budpekerti yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara  lain,  daerah  yang  mengalami  bencana  alam,  bencana  sosial,  atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lain.
4.  Daerah yang terpencil atau ndeso adalah:
a.  daerah  dengan  faktor  geografis  yang  relatif  susah  dijangkau  lantaran letak dan posisinya  yang  jauh  di  pedalaman,  perbukitan/pepegununganan,  kepulauan, pesisir,  dan  pulau-pulau  terpencil,  seperti  daerah  yang  mempunyai pemukiman  permguan  dan  terpencil  yang  penduduknya  kurang  dari 1000  (seribu)  jiwa  dan  yang  tidak  bisa  dihubungkan  dengan  kelompok yang lain dalam jarak tempuh tertentu yang tidak sanggup dicapai dengan jalan kaki ataupun tidak mempunyai kanal transportasi yang memadai; dan
b.  daerah  dengan  faktor  geomorfologis  lainnya  yang  susah  dijangkau  oleh jaenteng  baik  transportasi  maupun  media  komunikasi,  serta  tidak mempunyai sumberdaya alam.
5.  Daerah dengan kondisi masyarakat budpekerti yang terpencil yaitu daerah yang mempunyai  tingkat  pendidikan,  pengetahuan,  dan  keterampilan  yang relatif  rendah,  serta  tidak  dilibatkan dalam  kelembagaan  masyarakat  budpekerti dalam perencanaan dan pembangunan yang mengakibatkan daerah belum berkembang.


6. Daerah perbatasan dengan negara lain adalah:
a.  bagian  dari  wilayah  negara  yang  terletak  pada  sisi  dalam  sepanjang batas  wilayah  Indonesia  dengan  negara  lain,  dalam  hal  batas  wilayah negara  di  darat  maupun  di  laut  kawasan  perbatasan  berada  di kecamatan; dan
b.  pulau kecil terluar dengan luas area kurang atau sama dengan 2000 km2 (dua  ribu  kilometer  persegi)  yang  memiliki  titik-titik  dasar  koordinat geografis  yang  menghubungkan  garis  pertama  laut  kepulauan  sesuai dengan aturan Internasional dan Nasional.
7.  Daerah  yang  mengalami  bencana  alam  adalah  daerah  yang  terletak  di wilayah  yang  terkena  bencana  alam  baik  gempa,  longsor,  pegunungan  api, maupun  banjir  yang  berdampak  sistemik  yang  negatif  terhadap  layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
8. Bencana  sosial  dan  konflik  sosial  dapat  menyebabkan  terganggunya kegiatan  pembangunan  sosial  dan  ekonomi  yang  membahayakan  guru dalam melaksanakan kiprah dan layanan pendidikan dalam waktu tertentu.
9. Daerah  yang  berada  dalam  keadaan  darurat  lain  adalah  daerah  dalam keadaan  yang  sukar/susah  yang  tidak  tersangka-sangka  mengalami  bahaya, kelaparan  dan  sebagainya  yang  memerlukan  penanggulangan  dengan segera.
10. Guru  yang  berhak  mendapat  tuntidakboleh  khusus  adalah  guru  bertugas  di daerah  khusus sesuai  dengan  kriteria  salah  satu  atau  lebih  pada  angka  4 sampai  dengan  angka  9,  dan  mengalami  kesusahan  hidup  dalam melaksanakan tugasnya.
11. Guru  yang  ditugaskan  mengajar  di  daerah  khusus  oleh  pemerintah  atau pemerintah  daerah  pada  satuan  pendidikan,  baik  satuan  pendidikan  yang diselenggarakan  oleh  Pemerintah,  pemerintah  daerah  atau  masyarakat (yayasan).
12. Guru sanggup mendapatkan tuntidakboleh khusus walaupun guru yang bersangkutan sudah mendapatkan tuntidakboleh profesi.
13. Data  daerah  khusus  diputuskan  oleh  Kementerian  Pendidikan  dan Kebudayaan berdasarkan  data  dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah  Tertinggal,  dan  Transmigrasi  (KDPDTT)  dan  data  dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

B. Bemasukan
Bemasukan  tuntidakboleh  khusus  bagi  guru PNS  dan  guru  bukan  PNS  yang  sudah disetarakan/inpassing adalah  setara  1  (satu)  kali  penghasilan  pokok, dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan yang berlaku. 
Bagi  guru  bukan  PNS  yang  belum  disetarakan/inpassing  yaitu sebesar Rp. 1.500.000,- (satu  juta  lima  ratus  ribu rupiah)  per-orang  per-bulan,  dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai ketentuan yang berlaku.

C. Sumber dan Alokasi Dana
Sumber  dana  pemdiberian  tuntidakboleh  khusus  bersumber  dari  Anggaran Pendapatan  dan  Belanja  Negara  (APBN) yang dialokasikan dalam  DIPA  Tahun Anggaran  2016 pada  Direktorat Pembinaan  Guru  Dikdas, Direktorat  Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Mengacu  pada Pasal  20  ayat  1    Peraturan  Pemerintah  Republik  Indonesia Nomor 41 Tahun 2009  tentang Tuntidakboleh Profesi Guru dan Dosen, Tuntidakboleh Khusus Guru  dan  Dosen  serta  Tuntidakboleh  Kehormatan  Profesor   menyatakan bahwa tuntidakboleh profesi dan tuntidakboleh khusus  bagi guru baik pegawai negeri sipil  maupun  bukan  pegawai  negeri  sipil,  dianggarkan  dalam  anggaran Pemerintah  dan/atau anggaran  Pemerintah  Daerah  sesuai  dengan  ketentuan peraturan  perundangan-undangan. Kabupaten/kota  yang masih  memiliki  guru di  daerah  khusus,  tetapi  belum  teranggarkan  dalam  APBN,  sanggup mengalokasikan tuntidakboleh khusus bagi guru di daerah khusus melalui APBD. 

D. Kriteria Daerah Khusus
Penetapan  daerah  khusus  diputuskan  oleh  Kementerian  Pendidikan  dan Kebudayaan menurut data dari Kementerian Desa,  Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KDPDTT)  dan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi  masyarakat  adat  yang  terpencil,  daerah  perbatasan  dengan  negara lain,  daerah  yang mengalami  bencana  alam,  bencana  sosial, atau  daerah  yang berada dalam keadaan darurat lain.
1.  Kriteria daerah yang terpencil atau ndeso adalah:
a.  akses  transportasi  susah  dijangkau  dan  mahal  disebabkan  oleh  tidak tersedianya  jalan  raya,  tergantung  pada  jadwal  tertentu,  tergantung pada  cuaca,  satu-satunya  akses  dengan  jalan  kaki,  memiliki  kendala dan tantangan alam yang besar;
b.  tidak  tersedia  dan/atau  sangat  terbatasnya  layanan  fasilitas  umum, akomodasi pendidikan, akomodasi kesehatan, akomodasi listrik, akomodasi isu dan komunikasi, dan masukana air membersihkan; dan/atau
c.  tingginya  harga-harga  dan/atau  susahnya  ketersediaan  bahan  pangan, sandang,  dan  papan  atau  perumahan  untuk  pemenuhan  kebutuhan hidup.
2.  Kriteria  daerah  dengan  kondisi  masyarakat  adat  yang  terpencil  yaitu adanya  resistensi  masyarakat  lokal  terhadap  perubahan  nilai-nilai  budaya, sosial, dan budpekerti istiadat.
3.  Kriteria daerah perbatasan dengan negara lain yaitu sebagai diberikut:
a.  sebagai  kawasan  laut  dan  kawasan  daratan  pesisir  yang  berbatasan langsung  dengan  negara  tetangga  yang  meliputi  batas  laut  teritorial (BLT),  batas  zona  ekonomi  khusus  (ZEE), batas  landas  kontinental (BLK), dan batas zona perikanan khusus; dan/atau
b.  sebagai  kawasan  perbatasan  darat  yang  berbatasan  langsung  dengan negara tetangga.
4.  Kriteria daerah yang mengalami peristiwa alam, peristiwa sosial, atau daerah yang  berada  dalam  keadaan  darurat  lain  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal 1 karakter d yaitu sebagai diberikut:
a.  minimnya akomodasi sumbangan keamanan, baik fisik maupun nonfisik; 
b.  hilangnya  fasilitas  masukana  pelayanan  umum  berupa  fasilitas  pendidikan, fasilitas  kesehatan,  fasilitas  listrik,  fasilitas  informasi  dan  komunikasi, dan masukana air membersihkan; dan/atau
c.  diputuskan  sebagai  daerah  bencana  alam,  bencana  sosial,  atau  daerah yang  berada  dalam  keadaan  darurat  lain  oleh  pejabat  Pemerintah  yang berwenang.
5.  Kriteria pulau kecil terluar yaitu pulau dengan luas area kurang atau sama dengan 2.000 km (duaribu kilometer persegi) yang mempunyai titik-titik dasar koordinat  geografis  yang  menghubungkan  garis  pertama  laut  kepulauan sesuai dengan aturan Internasional dan Nasional.

Kriteria Wilayah dan Satuan Pendidikan
Data  daerah  khusus  diputuskan  oleh  Kementerian  Pendidikan  dan Kebudayaan berdasarkan  data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KDPDTT) dan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
1.  Satuan  pendidikan  di  daerah  khusus  berasal  dari  data KDPDTT  yang diputuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
2.  Satuan  pendidikan  di  daerah  khusus  berasal  dari  data  non KDPDTT yang bersumber  dari  Surat  Keputusan  Bupati/Walikota/Gubernur  dan  diusulkan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan  melakukan  verifikasi  terhadap tawaran sebagaimana dimaksud pada angka 2.

E.  Kriteria Guru Penerima 
Kriteria peserta tuntidakboleh khusus tahun 2016 yaitu sebagai diberikut:
1. Guru yang ditugaskan mengajar di daerah khusus; 
2. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK);
3. Diutamakan S-1/D-IV;
4. Masa  kerja  sebagai  guru/pendidik  minimum  2 (dua) tahun  berturut-turut, yang dibuktikan dengan surat penugasan;
5. Jumlah  guru  penerima  tuntidakboleh  sesuai  dengan  jumlah  guru  ideal (formulasi perencanaan kebutuhan guru). 

JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI GURU JENJANG PENDIDIKAN DASAR (DIKDS) 2016
BAB III MEKANISME PEMBAYARAN
A. Penetapan dan Pendistribusian Kuota
1.  Guru  yang  termasuk  sebagai  nominasi  penerima  tuntidakboleh  khusus  yaitu guru  yang  datanya  valid  dalam  Data  Pokok  Pendidikan  (Dapodik)  dan bertugas di daerah khusus. 
2.  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan  menentukan  kuota  nasional. Kuota nasional  akan  didistribusikan  menjadi  kuota kabupaten/kota  secara proporsional menurut nominasi peserta tuntidakboleh khusus. 
3.  Penentuan  nominasi  penerima  tuntidakboleh  khusus  menurut data  guru yang  sudah  valid pada  Dapodik per tanggal  29  Februari pada  tahun berkenaan sesuai dengan kriteria yang diputuskan dalam petunjuk teknis. 
4.  Dinas pendidikan  kabupaten/kota didiberi  hak untuk  membatalkan  nominasi penerima  tuntidakboleh  khusus  secara online  melalui  aplikasi SIMTUN paling lambat 14 (empat  belas)  hari kerja sesudah  ditentukan  nominasi  peserta tuntidakboleh  khusus, apabila guru  bersangkutan  tidak  memenuhi  syarat dan mengusulkan pengganti menurut urutan nominasi.  
Sesudah  melewati  batas  waktu  14  (empat  belas)  hari  kerja  semenjak ditentukannya  nominasi  penerima  tuntidakboleh  khusus, Direktorat  Jenderal Guru  dan  Tenaga  Kependidikan  akan  menetapkan  peserta tuntidakboleh khusus menurut kriteria penerima.   

B. Mekanisme Pembayaran Tuntidakboleh Khusus
1.  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan menentukan  nominasi  peserta Tuntidakboleh Khusus menurut data guru yang sudah valid pada Dapodik.

2.  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan  menetapkan  calon  guru penerima  Tuntidakboleh  Khusus  paling lambat  akhir  Maret pada  tahun berkenaan secara online melalui  aplikasi  SIMTUN,  sehabis kabupaten/kota melakukan  verifikasi  calon  penerima  Tuntidakboleh  Khusus  sesuai  kuota  yang didiberikan.

3.  Sebelum penerbitan SK tuntidakboleh khusus, guru sanggup melihat kelengkapan data dan atau persyaratan untuk mendapatkan tuntidakboleh khusus pada situs:

a.  http://223.27.144.195:8081/
b. http://223.27.144.195:8082/
c.  http://223.27.144.195:8083/
d. http://223.27.144.195:8084/
e.  http://223.27.144.195:8085/

4.  Jika  ada  persyaratan  yang  kurang, guru dapat  melengkapi  melalui  sistem dapodik di satuan pendidikan masing-masing.

5.  Ditjen  GTK menerbitkan  SK  penerima  tuntidakboleh  khusus  bagi  guru  calon penerima  tuntidakboleh  khusus  yang  memenuhi  syarat  satu  kali  dalam  satu tahun. 

6. Ditjen GTK menyiapkan berkas pencairan sesuai dengan kewenangannnya. 

7.  Apabila  terjadi  kesalahan  data  yang  menyebabkan  terjadinya  retur,  maka
Ditjen  GTK  memproses  retur  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan

C. Tahapan Penyaluran
Berdasarkan  mekanisme  di  atas,  jadwal  penyaluran  tuntidakboleh  khusus  per-Triwulan. 

D. Penghentian Pemdiberian Tuntidakboleh Khusus
Berdasarkan laporan tertulis dari  dinas  pendidikan  kabupaten/kota/provinsi, pembayaran  tuntidakboleh  khusus  dapat  dihentikan  oleh Direktorat Pembinaan Guru Dikdas Ditjen GTK, apabila guru: 
1.  meninggal dunia;
2.  mencapai batas usia 60 tahun;
3.  tidak lagi bertugas di daerah khusus atau mutasi ke jabatan struktural atau fungsional umum (staf pada dinas pendidikan);
4.  mengundurkan diri atas undangan sendiri;
5.  berakhirnya  perjanjian  kerja  atau  kesepakatan  kerja  bersama  antara  guru dan penyelenggara pendidikan bagi guru bukan PNS;
6. melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;
7.  melanggar sumpah dan komitmen jabatan;
8. ditemukan tidak memenuhi kriteria; 
9. ditetapkan  bersalah oleh  pengadilan  dan  sudah  memiliki  kekuatan  aturan tetap;
10. menerima kiprah berguru lebih dari 6 (enam) bulan;
11. tidak melaksanakan tugas/meninggalkan kiprah selama 1 (satu) bulan secara berturut-turut tanpa keterangan.
E.  Koordinasi dan Sosialisasi
1. Ditjen  GTK melakukan  koordinasi  dan  sosialisasi  pelaksanaan  pemdiberian tuntidakboleh  khusus  dengan  dinas  pendidikan  provinsi  sesuai  dengan  kewenangannya. 
2. Dinas  pendidikan  provinsi  melaksanakan  koordinasi  dan  sosialisasi  dengan dinas pendidikan  kabupaten/kota  untuk pelaksanaan  pemdiberian tuntidakboleh khusus dengan narasumber dari Ditjen GTK.

3. Agenda  koordinasi  dan  sosialisasi  adalah  penyampaian  kebijakan pada Ditjen GTK  terkena:
a.  pemdiberian tuntidakboleh khusus;
b. isu kriteria calon peserta tuntidakboleh khusus;
c.  prosedur pembayaran tuntidakboleh khusus;
d. penyusunan kegiatan pelaksanaan pemdiberian tuntidakboleh khusus;
e.  permasalahan dan solusi/rencana tindak lanjut.

F.  Pengelolaan Program
1.  Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Ditjen  GTK  menetapkan  kebijakan  strategi  pelaksanaan  pemdiberian tuntidakboleh khusus guru, sebagai diberikut :
a.  mengelola database guru peserta tuntidakboleh berbasis digital (Dapodik);
b. menentukan  kuota  kabupaten/kota  secara  proporsional menurut data guru yang valid dalam dapodik;
c.  melakukan  sosialisasi  program  dan  kuota  penerima  tuntidakboleh khusus secara nasional kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota;
d. menerbitkan  dan  menyampaikan  surat  keputusan  perihal  penetapan penerima  tuntidakboleh  khusus  ke  dinas  pendidikan  provinsi/ kabupaten/kota; 
e.  melaksanakan pelatihan teknis pelaksanaan pemdiberian tuntidakboleh khusus ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.
f.  Melaksanakan pemantauan  dan  evaluasi  pelaksanaan  pemdiberian tuntidakboleh khusus.

2.  Dinas Pendidikan Provinsi 
a.  mensosialisasikan program  dan  data  calon  penerima  tuntidakboleh  khusus kepada dinas pendidikan kabupaten/kota;

b. mengelola database guru peserta tuntidakboleh pada Dapodik.  

3.  Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
a.  mensosialisasikan kegiatan pemdiberian tuntidakboleh khusus kepada satuan pendidikan di wilayah masing-masing; 
b.  mengelola database guru peserta tuntidakboleh pada Dapodik;
c.  menetapkan  calon  penerima  tuntidakboleh  khusus menurut Petunjuk Teknis Penyaluran Tuntidakboleh Khusus; 
d. mengendalikan dan  memverifikasi calon penerima  tuntidakboleh  khusus dengan  mengutamakan guru yang  bertugas  di  satuan  pendidikan yang memiliki  kesesuaian  jumlah  guru  dengan  kebutuhan  guru  di  satuan pendidikan tersebut.

JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI GURU JENJANG PENDIDIKAN DASAR (DIKDAS) 2016
BAB IV PENGENDALIAN PROGRAM
A. Pengendalian Program
Direktorat  Pembinaan  Guru  Dikdas, Ditjen  GTK melakukan  pengendalian pelaksanaan  pembayaran  tuntidakboleh  khusus,  yang mencakup beberapa aspek  tiruana  upaya yang  dilakukan  dalam  rangka  menjamin  pelaksanaan  pembayaran  tuntidakboleh profesi  agar  dapat  berjalan  sebagaimana  mestinya,  tepat  samasukan,  sempurna waktu,  tepat  jumlah  bemasukan,  dan  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan. 

Kegiatan pengendalian penyaluran tuntidakboleh khusus ini dilakukan melalui:
1.  pelaksanaan bimbingan teknis kegiatan penyaluran tuntidakboleh khusus;
2.  penyelesaian  masalah  secara  terus-menerus dilakukan atas permasalahan yang terjadi dalam proses pembayaran tuntidakboleh khusus;
3.  rekonsiliasi data peserta tuntidakboleh khusus dengan instansi terkait.

B. Pengawasan
Untuk  mewujudkan  penyaluran  tuntidakboleh  khusus  yang  transparan  dan akuntabel,  diperlukan  pengawasan  oleh  aparat  fungsional  internal  dan eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Sanksi 
Sanksi  didiberikan  kepada  guru  penerima  tuntidakboleh  khusus  berdasarkan  hasil pemantauan  dan  laporan pengawasan  dimana  terdapat ketidaksesuaian antara data peserta tuntidakboleh khusus dengan data yang disampaikan. Sanksi dimaksud didiberikan dalam bentuk kewajiban pengembalian seluruh tuntidakboleh khusus  yang  pernah  diterima, sejak  guru  yang  bersangkutan tidak memenuhi kriteria peserta tuntidakboleh khusus tersebut.

D. Pelaporan
Dinas Pendidikan kabupaten/kota wajib melaporkan perubahan  data  individu peserta tuntidakboleh khusus ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Perubahan data guru calon peserta tuntidakboleh khusus dilaporkan ke:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 
u.p Sekretariat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 
Komplek Kemdikbud Gedung D Lt. 16
Jalan Pintu I, Senayan, Jakarta Pusat 10270.  
Website : http://gtk.kemdikbud.go.id
Laporan  perubahan  data  dimaksud  ditembuskan  ke  dinas  pendidikan
kabupaten/kota.

JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI GURU JENJANG PENDIDIKAN DASAR (DIKDAS) 2016
BAB V PENUTUP
Petunjuk  Teknis  ini  ialah  acuan  dalam  pelaksanaan  penyaluran tuntidakboleh  khusus.  Pelaksanaan  program  tuntidakboleh  khusus  sanggup terealisasi dengan  adanya  komunikasi yang  baik  antara  pemerintah  pusat,  provinsi, maupun  kabupaten/kota.  Tuntidakboleh  khusus tersebut  diharapkan bisa mempersembahkan  dampak  positif  pada  proses  pembelajaran  yang  lebih  baik  dan berkarakter, serta mendorong perbaikan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

DOWNLOAD JUKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI GURU JENJANG PENDIDIKAN DASAR 2016 (Klik Disini) 

Demikian isu ini disampaikan semoga bermanfaa.

===================================================


0 Komentar untuk "Download Juknis Penyaluran Dukungan Khusus Dikdas 2016"

Back To Top